ISLAM DAN MISTISISME - Sastri Pustaka

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, 01 November 2016

ISLAM DAN MISTISISME



Oleh; Qudsiyanto

A.            PENDAHULUAN
                Di dalam agama Islam istilah Mistis (bersifat mistik) sering kita jumpai, sebab tidak boleh dipungkiri bagi para Muslim bahwa agama Islam memang penuh sekali dengan sesuatu yang bersifat Mistik, misal dari legenda para Nabi terdahulu dengan berbagai mukjizatnya yang diluar nalar manusia, penciptaan Adam dan Hawa di alam Syurga, serta ajaran-ajaran mistis lainnya yang termaktub di dalam Islam itu sendiri. Sesungguhnya bukan hanya Islam saja yang mengandung mistisisme, wacana mistis dapat pula kita temui di berbagai kepercayaan lainnya seperti Hindu, Budha, Katolik, Protestan dan sebagainya. Mereka juga memiliki ajaran mistis yang tidak boleh tidak diimani dan dipercaya menurut kepercayaan masing-masing.
                Lain halnya apabila berbicara Bangsa Indonesia, bangsa yang sejak dulu sebelum nenek moyang kita mengenal agama (Hindu, Budha, Kristen, Islam dan  Konghu Chu) telah digeluti oleh masyarakat sekitar tentang kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan bentuk tahayul lainnya (Animisme dan Dinamisme), yang pada saat ini pun masih ada sisa-sisa dari mistis tersebut. Contohnya kepercayaan masyarakat terhadap Nyi Roro Kidul yang dianggap sebagai penjaga Laut Pantai Selatan, cerita Sang Kuriang (Tangkuban Perahu), Malingkundang yang dikutuk menjadi batu, dan lain-lain. Hal ini  menandakan bahwa penghuni Negeri kita ini memang identik dengan sesuatu yang bersifat mistik. Maka tidak heran, apabila ada sebuah berita yang sedikit melenceng dari hukum alam, dianggaplah sebagai keajaiban, magic, maupun keanehan yang di iakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia akan kebenarannya.

B.            MISTISISME
                Ada banyak sekali pemahaman dengan makna mistis tersebut, di dalam Kamus Ilmiah Populer mistis diartikan dengan sesuatu yang bersifat mistik. Sedangkan mistik itu sendiri memiliki arti sebagai hal-hal yang bersifat gaib, aneh dll. Sedangkan dikalangan Muslim mengartikan mistik adalah sesuatu yang ilogis akan tetapi wajib untuk dipercaya. Misalnya, adanya Malaikat Roqib dan Atid sebagai notaris amal baik dan buruk umat manusia, adanya Syurga dan Neraka, peristiwa Isro` Mi`ro` , serta legenda Nabi Isa AS yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit berat yang tidak mampu disembuhkan oleh para dokter ahli saat itu sesuai dengan kecenderungan pengobatan masa itu, dan masih banyak lainnya. Ada pula yang mengartikan mistik dengan sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra, sehingga mistik dianggap sebagai kekuatan supra natural. Namun yang perlu digaris bawahi adalah ajaran-ajaran dalam Islam tidak serta merta bersifat mistik, banyak pula ajaran dan anjuran agama yang bersifat riil, dan diakui atau tidak agama Islam ini memliki ajaran yang melahirkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, dan bahkan segala disiplin ilmu.
Allah SWT berfirman di dalam al Quran yang artinya; 
“ Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman  kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
                Firman Allah SWT di dalam surat al Baqarah di atas mengandung makna tentang iman terhadap sesuatu yang gaib (mistik), dimana mistik tersebut adalah satu kesatuan dari agama Islam yang telah difirmankan langsung oleh Sang Maha Pencipta. Nah, tentu kita tahu pula dan menyadarinya bahwa yang meciptakan kita semua ini pun adalah mistis, kita selaku makhluk-Nya tidak bisa menjangkau keberadaan serta wujud dari-Nya. Akan tetapi selaku Umat Muslim dituntut untuk meyakini dan membenarkannya. Lalu bagaimana metode kita bisa mengimani sedangkan hal itu bersifat supranatural?.
                Meski kedua bola mata ini tidak dapat melihatnya secara langsung, kita bisa melihatnya dengan mata hati. Seperti yang telah diungkapan oleh Syekh Abdul Qodir Jailani, “Wahai saudaraku, engkau bisa melihat Allah dengan pandangan mata hatimu. Janganlah engkau menjauhi-Nya dan jangan pula menentang-Nya”. Pada intinya, setiap Muslim haruslah percaya dan yakin akan keberadaan Allah Sang Maha Pencipta, karena itu adalah syarat utama bagi manusia untuk bisa diakui sebagai seorang Muslim.
                Namun tak sedikit pula dari para pemikir barat yang menentang konsep ketuhanan dan bentuk mistisisme lainnya dalam agama, khususnya agama Islam. Suatu misal pemikiran dan kritik dari seorang pemikir Ateis sekaligus filsuf dari Jerman, Ludwig Andreas Feuerbach. Kritikannya ini tertuju kepada inti ajaran agama lantaran ia menganggap Tuhan bukan materi, sehingga tidak ada dalam kenyataan. Menurutnya, manusialah yang menciptakan Tuhan, bukan Tuhan yang menciptakan manusia. Oleh karenanya, konsep tentang Tuhan, Syurga, Neraka, dan Malaikat seperti yang diketahui dalam ajaran agama-agama, tidak mempunyai dasar kenyataan dalam dirinya sendiri. Ia hanya konsep-konsep atau gambaran yang dibentuk dalam pikiran manusia. Selaku umat yang beragama kita jangan sampai terpengaruh dengan pemikiran Filsuf apalagi Ateis seperti Ludwig Andreas Feuerbach tersebut.
                Mistis adalah suatu hal yang nyata adanya, tetapi  tak semua orang mampu menangkap hal-hal yang mistik. Apalagi menguak misteri tentang Tuhan. Kapasitas dari manusia diciptakan secara terbatas oleh Tuhan sehingga tak semua pengetahuan bisa diraih dan digapai. Kita bisa mengenal Tuhan secara dekat, seperti yang telah diungkapkan oleh Syekh Abdul Qodir Jailani, bahwa untuk melihat Allah melalui mata hati harus menempuh beberapa langkah. Pertama,  jangan menjauhi-Nya. Makna filosofi yang terkandung adalah kita diarahkan untuk selalu dekat dengan Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Apabila seorang hamba sudah dekat dengan Sang Pencipta maka ia pun akan dekat pula kepada kita. Kedua, jangan menentang-Nya. Sangat jelas sekali tujuan dari pesan yang tersirat tersebut, yakni kita dibimbimg untuk tidak menentang/membangkang. Maka Allah pun akan sayang kepada kita. Misalnya, seoarang anak yang selalu menaati dan tidak menentang orang tua ia akan lebih disayang dan diperhatikan ketimbang dengan anak yang selalu menetang orang tua. Ketika anak itu disayang tentu ia akan sangat dekat dengan ayah ibunya. Begitu pun dengan hamba dan Tuhan-nya, sehingga apabila hal itu dijadikan sebuah rutinitas untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha, maka Allah SWT pun akan menyingkap tabir antara hamba dengan-Nya. Disaat itulah berjuta-juta keanehan yang dianggap mistik, ilogis, gaib, aneh dan semacamnya akan sangat mudah dijumpai. Segala penghalang yang menghadang akan disingkap darinya. Karena ia telah diberikan kekuatan oleh Yang Maha Kuasa langsung secara mistik.

C.            MISTIS DALAM ISLAM
                Umat Muslim sejati tidak akan pernah terkejut dengan peristiwa-peristiwa mistis yang ada di sekitarnya, dengan kejadian-kejadian aneh yang kadang hadir di tengah-tengah kehidupan. Karena seperti yang telah dipaparkan di muka tentang Islam yang ramai dan selalu berdampingan dengan mistis. Mistik dalam agama Islam bisa diwujudkan dengan kaum sufi yang bergelanyut dalam dunia yang tak dapat ditangkap oleh golongan manusia pada umumnya. Ada banyak cerita mengenai para sufi terdahulu yang mengundang kontroversi sebab ikhwal kemistisannya. Seperti paham al Ittihad, Fana dan Baqa, Hulul, Mahabbah, Wahdatul Wujud dll. Dari kesemua ini seluruhnya bersifat mistik. Bagi orang Islam sendiri yang demikian telah dipercaya dan diyakini, akan tetapi tak semua orang mampu merasakan hal-hal yang mistis itu. Namun ada pula yang ragu-ragu dan bahkan sebagian menilainya sebagai orang yang sesat. Ini tergantung dengan kapasitas ilmu yang dimiliki perorangan sehingga keberadaan sesuatu yang mistik tersebut tidak seluruhnya langsung diterima.
                Tanah Nusantara pernah memiliki cerita tentang seseorang yang dikabarkan dihukum mati oleh para Wali Songo, dikarenakan pemikirannya yang membahayakan akidah Umat Islam, Syekh Siti Jenar. Manunggaling Kawulo Gusti yang tak hanya dianggap sebagai sesuatu yang mistis namun juga bagian dari suatu paham yang sangat ekstrim, sehingga beliau harus mendapatkan hukuman dari  para Da`i yang pada waktu sedang gencar-gencarya melakukan propaganda wilayah dalam berdakwah. Akan tetapi apabila diamati dengan seksama dan mendalam secara logika, beliau tidaklah termasuk dari orang-orang yang melakukan kesesatan. Hanya saja kala itu masyarakat sekitar masih terlalu dini dan awam untuk menerima ajaran yang dinilai sedikit Nyeleneh dari paham-paham seperti biasanya. Sebagian masyarakat menganggapnya sebagai mistis, namun tak sedikit pula dari mereka yang mengatakan sesat. Kontradiksi yang demikian ini sangat rawan terjadi. Tetapi, benang merah yang perlu ditarik adalah bukan pada persoalan pro-kontra dalam mistisisme. Nilai terpentingnya terletak pada penanaman iman dalam memahami mistik. Sebab, mistik belum tentu salah, banyak sekali hal-hal berbau mistik namun menurut penalaran akal yang dalam itu adalah sebuah kebenaran. Misalnya, adanya Tuhan Yang Maha Berkuasa, dengan dalih logika apabila ada yang tercipta berarti ada pula yang menciptakan. Adanya makhluk berarti pasti ada pula yang membuat (Kholik). Sehingga kajian tentang Tuhan sangat marak dilakukan oleh para pencari kebenaran. Tak ingin hanya sebagai pengkritik, kaum barat pun berkicimpung dalam pencarian Tuhan.

D.           PENUTUP
                Di era modern yang serba canggih ini, menguak misteri mistik pun semakin mudah untuk dilakukan. Dengan peralatan-peralatan itulah satu persatu dari kemistisan agama mulai terungkap. Kita selalu dibuat menganga dengan penemuan baru tentang dunia gaib, entah percaya atau tidak. Semua itu bisa saja rekayasa, tapi tidak luput kemungkinan juga itu semua bagian dari kekuasaan Allah yang sengaja ditampakkan sebagai tanda kebesaran-Nya. Yang perlu dijadikan bahan acuan dalam kehidupan ini, janganlah terlalu sibuk untuk menempatkan diri menjadi kaum yang menerima ataupun menolak kemistisan, tetapi bagaimana caranya mistis disini bisa menjadi faktor meningkatnya iman dan takwa terhadap Tuhan YME, yang mistis namun nyata. Benang merah yang dapat diukir di dalam hati setiap Muslim adalah, mistik itu ada dan fakta. Hanya saja indra kita terlalu lemah untuk merekam dan menyaksikan dari perkara yang demikian pelik. Sehingga perlu penyucian diri, supaya bisa menikmati dunia mistis yang bersifat gaib. Sekali lagi, mistis bukan berarti tidak benar, mistis adalah dunia gaib yang hanya saja akal pikiran manusia ini tak mampu untuk menangkap dan menganalisis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here