Oleh; Qudsiyanto
A. PENDAHULUAN
Di dalam agama Islam istilah
Mistis (bersifat mistik) sering kita jumpai, sebab tidak boleh dipungkiri bagi
para Muslim bahwa agama Islam memang penuh sekali dengan sesuatu yang bersifat
Mistik, misal dari legenda para Nabi terdahulu dengan berbagai mukjizatnya yang
diluar nalar manusia, penciptaan Adam dan Hawa di alam Syurga, serta
ajaran-ajaran mistis lainnya yang termaktub di dalam Islam itu sendiri.
Sesungguhnya bukan hanya Islam saja yang mengandung mistisisme, wacana mistis dapat
pula kita temui di berbagai kepercayaan lainnya seperti Hindu, Budha, Katolik,
Protestan dan sebagainya. Mereka juga memiliki ajaran mistis yang tidak boleh
tidak diimani dan dipercaya menurut kepercayaan masing-masing.
Lain halnya apabila berbicara
Bangsa Indonesia, bangsa yang sejak dulu sebelum nenek moyang kita mengenal
agama (Hindu, Budha, Kristen, Islam dan
Konghu Chu) telah digeluti oleh masyarakat sekitar tentang kepercayaan
terhadap kekuatan gaib dan bentuk tahayul lainnya (Animisme dan Dinamisme),
yang pada saat ini pun masih ada sisa-sisa dari mistis tersebut. Contohnya
kepercayaan masyarakat terhadap Nyi Roro Kidul yang dianggap sebagai penjaga
Laut Pantai Selatan, cerita Sang Kuriang (Tangkuban Perahu), Malingkundang yang
dikutuk menjadi batu, dan lain-lain. Hal ini
menandakan bahwa penghuni Negeri kita ini memang identik dengan sesuatu
yang bersifat mistik. Maka tidak heran, apabila ada sebuah berita yang sedikit
melenceng dari hukum alam, dianggaplah sebagai keajaiban, magic, maupun keanehan
yang di iakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia akan kebenarannya.
B. MISTISISME
Ada banyak sekali pemahaman
dengan makna mistis tersebut, di dalam Kamus Ilmiah Populer mistis diartikan
dengan sesuatu yang bersifat mistik. Sedangkan mistik itu sendiri memiliki arti
sebagai hal-hal yang bersifat gaib, aneh dll. Sedangkan dikalangan Muslim
mengartikan mistik adalah sesuatu yang ilogis akan tetapi wajib untuk
dipercaya. Misalnya, adanya Malaikat Roqib dan Atid sebagai notaris amal baik
dan buruk umat manusia, adanya Syurga dan Neraka, peristiwa Isro` Mi`ro` ,
serta legenda Nabi Isa AS yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit berat
yang tidak mampu disembuhkan oleh para dokter ahli saat itu sesuai dengan
kecenderungan pengobatan masa itu, dan masih banyak lainnya. Ada pula yang
mengartikan mistik dengan sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra,
sehingga mistik dianggap sebagai kekuatan supra natural. Namun yang perlu
digaris bawahi adalah ajaran-ajaran dalam Islam tidak serta merta bersifat
mistik, banyak pula ajaran dan anjuran agama yang bersifat riil, dan diakui
atau tidak agama Islam ini memliki ajaran yang melahirkan berbagai disiplin
ilmu pengetahuan, dan bahkan segala disiplin ilmu.
Allah
SWT berfirman di dalam al Quran yang artinya;
“
Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
Firman Allah SWT di dalam surat
al Baqarah di atas mengandung makna tentang iman terhadap sesuatu yang gaib
(mistik), dimana mistik tersebut adalah satu kesatuan dari agama Islam yang
telah difirmankan langsung oleh Sang Maha Pencipta. Nah, tentu kita tahu pula
dan menyadarinya bahwa yang meciptakan kita semua ini pun adalah mistis, kita
selaku makhluk-Nya tidak bisa menjangkau keberadaan serta wujud dari-Nya. Akan
tetapi selaku Umat Muslim dituntut untuk meyakini dan membenarkannya. Lalu
bagaimana metode kita bisa mengimani sedangkan hal itu bersifat supranatural?.
Meski kedua bola mata ini tidak
dapat melihatnya secara langsung, kita bisa melihatnya dengan mata hati.
Seperti yang telah diungkapan oleh Syekh Abdul Qodir Jailani, “Wahai saudaraku,
engkau bisa melihat Allah dengan pandangan mata hatimu. Janganlah engkau
menjauhi-Nya dan jangan pula menentang-Nya”. Pada intinya, setiap Muslim
haruslah percaya dan yakin akan keberadaan Allah Sang Maha Pencipta, karena itu
adalah syarat utama bagi manusia untuk bisa diakui sebagai seorang Muslim.
Namun tak sedikit pula dari para
pemikir barat yang menentang konsep ketuhanan dan bentuk mistisisme lainnya
dalam agama, khususnya agama Islam. Suatu misal pemikiran dan kritik dari
seorang pemikir Ateis sekaligus filsuf dari Jerman, Ludwig Andreas Feuerbach.
Kritikannya ini tertuju kepada inti ajaran agama lantaran ia menganggap Tuhan
bukan materi, sehingga tidak ada dalam kenyataan. Menurutnya, manusialah yang
menciptakan Tuhan, bukan Tuhan yang menciptakan manusia. Oleh karenanya, konsep
tentang Tuhan, Syurga, Neraka, dan Malaikat seperti yang diketahui dalam ajaran
agama-agama, tidak mempunyai dasar kenyataan dalam dirinya sendiri. Ia hanya
konsep-konsep atau gambaran yang dibentuk dalam pikiran manusia. Selaku umat
yang beragama kita jangan sampai terpengaruh dengan pemikiran Filsuf apalagi
Ateis seperti Ludwig Andreas Feuerbach tersebut.
Mistis adalah suatu hal yang
nyata adanya, tetapi tak semua orang
mampu menangkap hal-hal yang mistik. Apalagi menguak misteri tentang Tuhan.
Kapasitas dari manusia diciptakan secara terbatas oleh Tuhan sehingga tak semua
pengetahuan bisa diraih dan digapai. Kita bisa mengenal Tuhan secara dekat,
seperti yang telah diungkapkan oleh Syekh Abdul Qodir Jailani, bahwa untuk
melihat Allah melalui mata hati harus menempuh beberapa langkah. Pertama, jangan menjauhi-Nya. Makna filosofi yang
terkandung adalah kita diarahkan untuk selalu dekat dengan Allah, menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Apabila seorang hamba sudah
dekat dengan Sang Pencipta maka ia pun akan dekat pula kepada kita. Kedua,
jangan menentang-Nya. Sangat jelas sekali tujuan dari pesan yang tersirat
tersebut, yakni kita dibimbimg untuk tidak menentang/membangkang. Maka Allah
pun akan sayang kepada kita. Misalnya, seoarang anak yang selalu menaati dan
tidak menentang orang tua ia akan lebih disayang dan diperhatikan ketimbang
dengan anak yang selalu menetang orang tua. Ketika anak itu disayang tentu ia
akan sangat dekat dengan ayah ibunya. Begitu pun dengan hamba dan Tuhan-nya,
sehingga apabila hal itu dijadikan sebuah rutinitas untuk mendekatkan diri
kepada Sang Maha, maka Allah SWT pun akan menyingkap tabir antara hamba
dengan-Nya. Disaat itulah berjuta-juta keanehan yang dianggap mistik, ilogis,
gaib, aneh dan semacamnya akan sangat mudah dijumpai. Segala penghalang yang
menghadang akan disingkap darinya. Karena ia telah diberikan kekuatan oleh Yang
Maha Kuasa langsung secara mistik.
C. MISTIS DALAM ISLAM
Umat Muslim sejati tidak akan
pernah terkejut dengan peristiwa-peristiwa mistis yang ada di sekitarnya,
dengan kejadian-kejadian aneh yang kadang hadir di tengah-tengah kehidupan.
Karena seperti yang telah dipaparkan di muka tentang Islam yang ramai dan
selalu berdampingan dengan mistis. Mistik dalam agama Islam bisa diwujudkan
dengan kaum sufi yang bergelanyut dalam dunia yang tak dapat ditangkap oleh
golongan manusia pada umumnya. Ada banyak cerita mengenai para sufi terdahulu
yang mengundang kontroversi sebab ikhwal kemistisannya. Seperti paham al
Ittihad, Fana dan Baqa, Hulul, Mahabbah, Wahdatul Wujud dll. Dari kesemua ini
seluruhnya bersifat mistik. Bagi orang Islam sendiri yang demikian telah
dipercaya dan diyakini, akan tetapi tak semua orang mampu merasakan hal-hal
yang mistis itu. Namun ada pula yang ragu-ragu dan bahkan sebagian menilainya
sebagai orang yang sesat. Ini tergantung dengan kapasitas ilmu yang dimiliki
perorangan sehingga keberadaan sesuatu yang mistik tersebut tidak seluruhnya
langsung diterima.
Tanah Nusantara pernah memiliki cerita
tentang seseorang yang dikabarkan dihukum mati oleh para Wali Songo,
dikarenakan pemikirannya yang membahayakan akidah Umat Islam, Syekh Siti Jenar.
Manunggaling Kawulo Gusti yang tak hanya dianggap sebagai sesuatu yang mistis
namun juga bagian dari suatu paham yang sangat ekstrim, sehingga beliau harus
mendapatkan hukuman dari para Da`i yang
pada waktu sedang gencar-gencarya melakukan propaganda wilayah dalam berdakwah.
Akan tetapi apabila diamati dengan seksama dan mendalam secara logika, beliau tidaklah
termasuk dari orang-orang yang melakukan kesesatan. Hanya saja kala itu
masyarakat sekitar masih terlalu dini dan awam untuk menerima ajaran yang
dinilai sedikit Nyeleneh dari paham-paham seperti biasanya. Sebagian masyarakat
menganggapnya sebagai mistis, namun tak sedikit pula dari mereka yang
mengatakan sesat. Kontradiksi yang demikian ini sangat rawan terjadi. Tetapi,
benang merah yang perlu ditarik adalah bukan pada persoalan pro-kontra dalam
mistisisme. Nilai terpentingnya terletak pada penanaman iman dalam memahami
mistik. Sebab, mistik belum tentu salah, banyak sekali hal-hal berbau mistik
namun menurut penalaran akal yang dalam itu adalah sebuah kebenaran. Misalnya,
adanya Tuhan Yang Maha Berkuasa, dengan dalih logika apabila ada yang tercipta
berarti ada pula yang menciptakan. Adanya makhluk berarti pasti ada pula yang
membuat (Kholik). Sehingga kajian tentang Tuhan sangat marak dilakukan oleh
para pencari kebenaran. Tak ingin hanya sebagai pengkritik, kaum barat pun
berkicimpung dalam pencarian Tuhan.
D. PENUTUP
Di era modern yang serba canggih
ini, menguak misteri mistik pun semakin mudah untuk dilakukan. Dengan
peralatan-peralatan itulah satu persatu dari kemistisan agama mulai terungkap.
Kita selalu dibuat menganga dengan penemuan baru tentang dunia gaib, entah
percaya atau tidak. Semua itu bisa saja rekayasa, tapi tidak luput kemungkinan
juga itu semua bagian dari kekuasaan Allah yang sengaja ditampakkan sebagai
tanda kebesaran-Nya. Yang perlu dijadikan bahan acuan dalam kehidupan ini, janganlah
terlalu sibuk untuk menempatkan diri menjadi kaum yang menerima ataupun menolak
kemistisan, tetapi bagaimana caranya mistis disini bisa menjadi faktor
meningkatnya iman dan takwa terhadap Tuhan YME, yang mistis namun nyata. Benang
merah yang dapat diukir di dalam hati setiap Muslim adalah, mistik itu ada dan
fakta. Hanya saja indra kita terlalu lemah untuk merekam dan menyaksikan dari
perkara yang demikian pelik. Sehingga perlu penyucian diri, supaya bisa
menikmati dunia mistis yang bersifat gaib. Sekali lagi, mistis bukan berarti
tidak benar, mistis adalah dunia gaib yang hanya saja akal pikiran manusia ini
tak mampu untuk menangkap dan menganalisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar