Dari Pesantren Untuk NKRI; Potret Pejuang Tanpa Pamri - Sastri Pustaka

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 12 Oktober 2017

Dari Pesantren Untuk NKRI; Potret Pejuang Tanpa Pamri

Pada awal sejarah kehidupan, sebelum agama islam datang ke nusantara, semua masyarakat masih terkurung dalam suatu keyakinan kristalisasi roh nenek moyang dan sesuatu yang gaib (Animisme dan dinamisme). Kemudian setelah islam datang dan meyebar di seluruh bumi nusantara, wali songo tidak berdiam diri secara terus menerus yang pada akhirnya mereka berinisiatif mendirikan lembaga keagaman yaitu pesantren sebagai  upaya memodifikasi ritus keagaaman  masyarakat yang kolot itu dengan ruh-ruh keislaman di dalamnya. Semenjak itulah, pesantren memulai tariannya memainkan peran ditengah-tengah masyarakat yang cenderung bersikap ortodok dan puritan. Sebagai upaya, mereka  meleburkan agama Islam dan membuka cakrawala baru tentang kebenaran yang hakiki kepada masyarakat nusantara. Meski secara berangsur-angsur pesantren mampu merevosioner paradigma yang buram itu,  dan mengangkat pada ruang keimanan kepada Tuhan yang Esa. 
Secara historical, Pesanteren merupakan sebuah lembaga keagaman yang lahir bersamaan dengan kedatangan Islam ke nusantara. Hal demikian juga ditengarai bahwa pesatren merupakan satu-satunya lembaga agama tertua yang lahir dari ruh sosial-kultural masyarakat. Sebagai lembaga yang tumbuh dari subkultur masyrakat maka tujuan awalnya mendidik dan membina masyarakat agar dapat mengembangkan suatu kebiasaan  yaitu, sikap mandiri, tangguh dan melatih kesabaran serta cakap keberagamaan sebagai basis kehidupan manusia. lebih pada itu,  pesantrean merupakan lembaga yang dibentuk sebagai sarana dakwa keislaman yang secara kompeten mengepakkan sayap-sayap keislaman, mendengungkan kebenaran dan melebarkan khazana pengatahuan.
Alhasil,  proses Islamisasi yang dilakukan pesantren berlangsung secara efiseien, menelorka ritus-ritus agama islam kepada seluruh masayarakat. Atas pencapaian yang luar biasa itu, pesantren sampai kini tetap tegak berdiri kokoh hingga tersebar keberbagai belahan dunia hususnya di wilayah nusantara. Tujuan tidak lain, mewujudkan visi keislaman dan membentuk manusia sholeh baik secara pribadi dan sosial. Mampu menjadi insan yang relegius, madani dan adapatis serta resposif pada setiap keadaan dunia. Dengan  demikian pesantren telah memberikan kontribusi besar terhadapa penyebaran islam di nusantara.
Dalam prespektif  kebangsaan dan kenegaraan, semua komponen pesantren menari-nari mengisi terwujudnya kemerdekaan. Salah satunya termasuk KH. Hasyim Asyari yang merupakan salah satu  ulama nasionalis yang pemikiran dan gerakannya mampu menjadi penyulut semangat semua pihak untuk mempertahannkan bangsa dan Negara dari belenggu penjajah belanda dan jepang waktu itu.  Setiap fatwa —fatwa yang beliau gelorakan menjadi landasan dan rujukan untuk menjaga keutuhan tanah air. Dari fatwa jihad tersebut  lahir sebuah dekrit rosulusi jihad yang terus  dikobarkan  oleh KH. Hasyim Asyari kepada seluruh masayarakat dalam memperjuangankan tanah air dari eksploitasi penjajah. Semangat juang beliau tiadak pernah surut untuk malawan kelaliman para kolonalis belanda dan jepang. Sehingga dengan semangat kebangsaan beliau, masayarakat tergugah ingin mengikuti jejaknya dengan mengorbankan demi mempertahankan tanah airnya. 
Pengaruh KH. Hasyim Asy ari semakin besar sejak ia mulai mendirikan pondok pesantren Tubuireng di jombang dan sekaligus mendirikan oragnisasi kemasyrakatan Nahdhatul Ulama (NU) Tahun 1926. Keduanya, digerakkan secara bersinambungan dalam segala aspek, yang oleh beliau dijadikan wadah  sebagai sarana aktualisasi segala khazana pengatahuan agama, meningkatkan keimanan serta menumbuhkan  heroik perjuangan melawan para colonial belanda dan jepang, juga sebagai wadah  kemasyarakatan untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air dan semangat perjuangan yang implementasinya demi menjaga keutuhan bangsa dan Negara indonesia dari belenggu kolonialisme. Agresifitas perjuangan beliau dalam menyadarkan semua warga Indonesia dengan fatwa-fatwa jihadnya telah berhasil mengoncangkan sendi-sendi imperialisme kolonialis. Maka, sangat tepat jika, KH. Hasyim Asyari disebut sebagai figure yang memberikan ispiratif kepada pemuda dalam membakar api revolusi perjuangan bangsa Indonesia. Sehingga dengan demikian patut kiranya, ulama nasionalis yang telah membakar semangat revolusi seuruh masyarakat patut dikenang dan diperitungkan kontribusinya terhadap perjalanan kemerdekaan bangsa ndonesia.
Setiap perjuangannya, adalah bukti bahwa dia adalah sosok yang memiliki kecintaan kepada bangsa dan Negara Indonesia. Sebab, ia meyatakan bahwa menjaga tanah air adalah sebagian dari imam. Ia juga sosok yang tidak mau melakukan kompromi bersama colonial. yang pada waktu tu, agar mereka mendapat kedudukan dalam menguasai seluruh kekayaan tanah air. Tapi, karna, KH. Hasyim Asyari masih teguh dalam  kometmennya beliau lebih memilih, untuk menguatkann barisannya. Sebab pada perinsibnya, tidak melawan para penjajah berarti kita adalah penghinat Negara. Sehingga dalam rangka mengobarkan api semangat para pemuda dan simpatisan masyarakat beliau menfatwakan bahwa melawan orang picik seperti penjajah merupakan tangung jawab semua warga Negara inonesia. Baginya melawan kaum imperialis dan kolonial merupakan suatu kewajiban bagi seluruh warga Indonesia.
Semenjak Indonesia dalam belenggu para penjajah yang kasar dan kejam itu. Telah berakibat pada seluruh masyarkat mengalami kesengsaraan, kelaparan, keperbudakan di Negrinya sendiri.  Dengan keadaan itu, yang telah mengerakkan seluruh kiai dan ulama yang ada dinusantara untuk melawan segala bentuk jajahan dan merebut kemerdekaan dari tangan colonial belanda dan jepang. Sehingga, sebagai wujud dari perjuangan mereka pertama kali mendirikan sebuah lembaga untuk mendidik  pemuda atau santri Yang tidak sekedar menyuguhkan pengembangan pengatahuan aspek keagaman semata, melainkan melatih para kaula muda, bagaimana  cara mengunakan senjata, baris-berbaris dan menumbuhkan rasa nasionalime kepada mereka (Nahlatul Wathon). Setelah  di rasa para pemudah sudah memilki keterampilan dan kemampuan untuk bertempur.  Dimulai Sejak 22 0kt0ber 1945 di Jombang KH. Hasyim Asari menggelorakan rosolusi jihadnya kepada seluruh santri, bahwa membelah tanah air, melawan para  penjajah yang telah mengeksploitasi kehidupan seluruh warga, kekayaan bumi indonesia merupakan fardu ain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here