Hidup ini pilihan katamu,
tapi kenapa kau selalau memilih yang
salah?
Papan sekolahan kau tuliskan tak karuan,
dinding- dinding, genting- genting kau gunting dengan uang si bunting,
Buku-buku, kursi-kursi, seragam batik,
seragam putih, cokelat, kantor-kantor, monitor-monitor, motor-motor,
traktor-traktor seserta besi bangunan kau timbang gadaikan dengan sebongkah
permata dan mobil-mobilan anak Tk
Apa ini pilihan hidupmu?
Kenapa memilih hidup begini?
“Maaf aku salah pilih” dalihmu.
Selengkung rembulan kau jadikan alis
singa.
Setitik air mata mengalir kau mendesirsyair
yang anyir sanbil mencibir.
Bayi tabung kau kurung dalam tempurung
Rakyat kecil di pinggiran curam kau
biarkan bertangisan.
Meski diberi kesempatan yang kedua,
kau malah mendusta,
sia sia tak berguna
Tuhan pencipta katamu,
tapi kenapa tuhantuhan kau malah cipta?
Kala kyai berda’i tuhan baru bersemi.
Kala maut ketuk pintu, tuhan baru kau
rayu.
Kala sakit menjerit, tuhan baru bangkit.
Kala adzan berdendang, tuhan baru
bersulang.
Kala musallahberiqomah, tuhan baru
sempurnah dari penciptaannya.
Tuhan itu siapa siapa?
Itu tuhan apa?
Menganggap semuanya hanyalah permainan.
*perpustakaan Lubangsa, 1 Maret 2015 M
*perpustakaan Lubangsa, 1 Maret 2015 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar