Kasih, malam ini aku kembali mengeja namamu yang kesekian kali
di_
atas rindu yang tak kunjung usai aku tuai dari ujung kaki maha
ilahi pertiwi
hingga, tak terhitung sudah berapa senja perlahan
mulai tiada,
kembali ke
tempat awal ia dicipta.
Meski kunikmati sendiri;
mematungi,
menungguimu hingga senja terlumat malam yang mewariskam hitam,
aku hanya bisa
memangggil-panggil namamu hingga aku menggigil
Lantaran tak dapat meraba matamu yang menyimpan seribu batu rindu
yang membeku dalam kalbu.
Dari altar senja yang
talah tiada,
Dan usiaku semakin membaya_menyisahkan sejarah berdarah, merah_aku tak akan akan pernah terlupa untuk bermanja dengan katakata demi menumpahkan rasa rinduku
yang semakin majmul di atas lida,
walau aku tak dapat meraba matamu yang
menyimpan berjuta rindu membara dalam dada, sebab, dunia dirasa tidak akan sempurnah sebelum sua kita
menjadi fakta.
Entah berapa kali lagi harus kucium aroma bukubuku yang semakin usang di pematang malam
menjemput siang? dan
berapa tinta harus kutumpahkan di setiap senja mulai berpulang?
Hingga rindu yang selalu aku cumbu benarbenar berlabu
didasar kalbu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar